PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI)
oleh: salvetri
A.
Sejarah Pendirian PNI
Dalam dasawarsa pertama abad ke-20
didalam sejarah Indonesia dikenal sebagai periode kebangkitan nasional maka
pertumbuhan kesadaran nasionalisme mulai tampak dengan mulai bermunculannya
organisasi – organisasi di Indonesia. Walau awalnya orientasi tujuan
organisasi-organisasi ini belum sampai pada fase penegasan identitas politiknya
namun lambat laun mulai terlihat tujuan-tujuan yang mendasar ditubuh
organisasi-organisasi yang muncul di negri ini. Sebagai contoh adalah PNI, dulu
sebelum PNI resmi berdiri menjadi sebuah organisasi politik PNI merupakan
kelompok-kelompok studi di Surabaya yang dipimpin oleh Sutomo dan di Bandung
dipimpin oleh Soekarno yang kemudian berkembang ke seluruh Jawa dan meluas lagi
ke luar Jawa. Tujuan pendirian kelompok-kelompok studi ini agar para pelajar
Jawa dapat bersatu, menanamkan kesadaran kepada mereka bahwa Indonesia adalah
suatu bangsa.
Mereka yang tergabung dalam studieclub
beranggapan bahwa setelah PKI memberontak serta kegagalannya yang sangat
dirasakan oleh umum hal ini menunjukan
kelemahan besar dalam urusan organisasi
maka dengan semangat nasionalisme meraka merapatkan barisan untuk menuju Indonesia yang merdeka. Salah
satu usaha awal ialah prakarsa Soedjadi, Iskaq, Tjokroadisoerjo dan Boediarto
membentuk SRNI (Serikat Rakyat Nasional Indonesia) terlebih dulu dengan
perantaraan Soedjadi prakarsa itu diteruskan ke PI di Negeri Belanda yang
selanjutnya memberi pengarahan namun setelah dirasa – rasakan ternyata rencana
PI tidak sesuai dengan situasi di Indonesia dan oleh karena itu mereka berusaha
sendiri membentuk organisasi politik. Maka pada tanggal 4 juli 1927 PNI resmi
didirikan di Bandung melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan para anggotanya
yang mana dalam pertemuan – pertemuan itu sering membicarakan keadaan-keadaan
sosial politik pada saat tersebut. Agenda pertemuan 4 juli tersebut selain
meresmikan pendirian PNI (Perserikatan Nasional Indonesia) juga menetapkan
Soekarno sebagai ketua dan membahas anggaran-anggaran dasar keorganisasian.
Pada awal
berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor yaitu
antaralain adalah : Pergerakan
yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa,
PKI sebagai partai massa telah dilarang,
Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang
bernama Ir. Soekarno (Bung Karno) selain itu secara
eksplisit PNI menyatakan bahwa didalam tubuh PNI tidak ada diskriminasi ras dan
tingkat kasta melainkan sikap nasionalisme yang dijunjung tinggi, sehingga
dengan adanya beberapa faktor ini PNI berkembang sangat pesat dan banyak yang
berminat menjadi anggotanya. PNI pun mulai berkembang telihat pada akhir tahun
1927 tercatat menjadi 3 cabang. Selain
di Bandung juga terbentuk cabang di Yogyakarta dan di Batavia. Pada bulan
Desember dibentuk juga sebuah panita di Surabaya untuk persiapan pembentukan
cabang baru di kota tersebut. Di Surabaya sendiri PNI resmi berdiri pada 5
February 1928. Kemudian memasuki tahun 1928 secara terang – terangan organisasi
ini berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional
Indonesia.
B.
Tujuan Pendirian PNI
Awalnya dalam pembentukan PNI ini
bertujuan untuk membangkitkan kesadaran nasionalisme antaralain
dengan menginsyafkan rakyat akan besarnya penderitaan dalam menghadapi
eksploitasi ekonomi, sosial dan politik yang dijalankan penguasa kolonia dan
untuk mencapai Indonesia yang merdeka terlepas dari segala penjajahan. PNI
yakin jika Indonesia merdeka dan terlepas dari penjajahan maka susunan kehidupan,
struktur sosial masyarakat Indonesia akan kembali seperti sebagai mana
mestinya. Tujuan tersebut bisa dipakai kalau kita bisa berdiri sendiri atau
percaya pada diri sendiri, dan tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial
Belanda. PNI yakin, dengan gerakan-gerakannya yang revolusioner pemerintah
kolonial Belanda tidak akan memberikan, membantu, atau memberi jalan untuk
tercapainya suatu kemerdekaan.
Berdasarkan atas pengetahuan ini, dalam
anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk
kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini hendak
dicapai dengan azas “percaya pada diri sendiri”. Artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi,
dan sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri, antara lain dengan mendirikan
sekolah-sekolah, poliklinik, Bank
Nasional, perkumpulan-perkumpulan koperasi dan lain-lain. Itulah sebabnya PNI
tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang diadakan oleh pemerintah. Yang dapat
menjadi anggota PNI adalah semua orang Indonesia yang sekurang-kurangnya telah
berumur 18 tahun. Orang-orang Asia lainnya dapat juga menjadi anggota PNI
tetapi hanya sebagai anggota luar biasa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
telah menetapkan program kerja sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang
pertama di Surabaya pada tahun 1928, seperti berikut.
1. Usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan
(nasionalisme) dan kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan
pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa
Asia, dan menumpas segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan
politik. Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi.
2. Usaha
ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi.
mendirikan bank-bank dan koperasi.
3.
Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan
derajat kaum wanita, memerangi pengangguran, memajukan transmigrasi, memajukan
kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan poliklinik.
C.
Kiprah PNI Pada Masa Pergerakan
Dengan seiring berjalannya waktu nama
PNI mulai menanjak dan semakin terkenal. PNI mulai terkenal karena
propaganda-propaganda tulisan maupun lisannya yang banyak menyihir dan
mempengaruhi rakyat. Propaganda yang berupa tulisan yaitu PNI melakukan
propaganda-propagandanya melalui surat kabar, seperti Banteng Priangan di
Bandung dan Persatuan Indonesia di Batavia, sedangkan propaganda yang berupa
lisan yaitu melalui para pemimpin
khususnya Ir. Soekarno sendiri. Pada permulaannya tema yang banyak diangkat
oleh PNI adalah tentang hubungan yang sifatnya penjajahan dan konflik yang
tidak dapat dihindari antara kaum penjajah dan kaum yang dijajah, perlunya
melawan front kulit putih, perlunya pembentukan negara dalam negara, perlunya
menumbuhkan percaya akan kekuatan diri sendiri dan melepaskannya ketergantungan
kita pada Belanda dengan jalan “berdiri dengan kaki sendiri” untuk meraih
kemerdekaan.
Demi terwujudnya cita – cita untuk
sebuah persatuan yang selalu ditekankan dalam rapat-rapat umumnya, PNI menjadi
salah satu organisasi yang mempelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dalam rapat yang
dilakukan pada tanggal 17- 18 Desember 1927 di Bandung yang mana rapat ini merupakan sebuah moment
dimana organisasi-organisai pergerakan nasional yang selama ini berjuang
dibawah benderanya masing-masing berkumpul dalam satu forum. Partai Nasional
Indonesia dengan beberapa organisasi lain seperti Partai Sarikat Islam, Budi
Utomo, Pasundan, Soematranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studieclub dan
Allgemene sepakat mendirikan federasi perhimpunan politik yang mereka beri nama
Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Kemudian pada
tanggal 24-26 Maret 1928 dilakukan penyusunan azas dan daftar usaha yang
disahkan 27-30 Mei 1928. Dalam program
azas tersebut dikemukakan bahwa perubahan-perubahan struktur masyarakat pada
abad XVI yang membawa pula pada kebutuhan-kebutuhan ekonomi baru, menyebabkan
timbulnya imperialisme Belanda. Demi kepentingan imperialisme tersebut,
Indonesia dijadikan tempat penanaman modal. Dari presfektif ekonomi Indonesia,
hal ini berarti drainage kekayaan. Hal ini berakibat pada rusaknya struktur
sosial, ekonomi, dan politik Indonesia. Oleh karena itu PNI menjalin persatuan
dan kesatuan bangsa tanpa mementingkan kepentingan agama, ras, dan suku bangsa
untuk melawan kolonialisme penjajah dan tanpa bantuan orang lain kemerdekaan
pasti bisa dicapai. Semakin hari PNI semakin melebarkan sayap eksistensinya.
Pergerakan perjuangannya yang selalu revolusioner telah banyak menghimpun
banyak kekuatan. Masa dari anggotanyapun kian bertambah. Tercatat pada bulan
mei 1929 anggota PNI sampai pada jumlah 3.860 orang. Kenaikan ini sebagai
akibat dari propaganda yang dilakukan dengan sangat aktif sepanjang tahun.
Melihat kesuksesan yang diraih PNI
pemerintah Belanda mulai geram dan memberikan peringatan kepada pemimpin PNI
dalam pembukaan sidang Volksraad pada 15 Mei 1928 untuk menahan diri dalam
ucapan, propaganda dan tindakannya.
Dengan munculnya isu bahwa PNI pada awal tahun 1930 akan mengadakan
pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda
mengadakan penggeledahan secara besar - besaran dan menangkap empat
pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Maskun, Gatot Mangunprojo dan Supriadinata.
Mereka kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung karena mereka para pemimpin
PNI dianggap mengganggu ketertiban umum dan menentang kekuasaan Belanda
sehingga dijatuhi hukuman penjara.
Penangkapan
terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan
keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar biasa yang diadakan di Jakarta
pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran
ini menimbulkan pro dan kontra. Mr. Sartono kemudian mendirikan Partindo. Mereka
yang tidak setuju dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan Nasional Indonesia
(PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai
asas PNI yang lama yaitu self help
dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal
strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial,
sedangkan Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk
mencapai kemerdekaan.
D.
PNI baru
Pada bulan Desember 1931, membentuk
Pendidikan Nasional Indonesia(PNI Baru). Mula-mula Sutan Syahir dipilih sebagai
ketuanya. Moh. Hatta kemudian dipilih sebagai ketua pada tahun 1932 setelah
kembali dari Belanda. Organisasi-organisasi tersebut tetap
sama-sama menggunakan taktik perjuangan non-kooperatif dalam mencapai
kemerdekaan politik. Adapun perbedaan antara PNI Baru dengan Partindo adalah
sebagai berikut:
- PPPKI oleh PNI Baru dianggap sebagai “persatean” bukan persatuan karena anggota-anggotanya memiliki ideologi yang berbeda-beda. Sementara itu, Partindo menganggap PPPKI dapat menjadi wadah persatuan yang kuat daripada mereka berjuang sendiri-sendiri.
- Dalam upaya mencapai kemerdekaan, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial. Partindo lebih mengandalkan organisasi masa dengan aksi-aksi masa untuk mencapai kemerdekaan.
- PPPKI oleh PNI Baru dianggap sebagai “persatean” bukan persatuan karena anggota-anggotanya memiliki ideologi yang berbeda-beda. Sementara itu, Partindo menganggap PPPKI dapat menjadi wadah persatuan yang kuat daripada mereka berjuang sendiri-sendiri.
- Dalam upaya mencapai kemerdekaan, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial. Partindo lebih mengandalkan organisasi masa dengan aksi-aksi masa untuk mencapai kemerdekaan.
Pada tahun 1933, PNI Baru telah memiliki
65 cabang. Untuk mempersiapkan masyarakat dalam mencapai kemerdekaan, PNI Baru
melakukan kegiatan penerangan untuk rakyat dan penyuluhan koperasi.
Kegiatan-kegiatan PNI Baru tersebut dan ditambah dengan sikapnya yang
non-kooperatif dianggap oleh pemerintah kolonial membahayakan. Oleh
karena itu, pada bulan Februari 1934 Bung Hatta, Sutan Syahir, Maskun, Burhanuddin,
Murwoto, dan Bondan ditangkap pemerintah kolonial. Bung Hatta diasingkan ke
hulu Sungai Digul, Papua. Kemudian dipindahkan ke Banda Neira pada
tahun 1936 dan akhirnya ke Sukabumi pada tahun 1942.
Dengan demikian, hanya partai-partai yang bersikap kooperatif saja yang
dibiarkan hidup oleh pemerintah kolonial Belanda.
E.
Partindo
Pada kongres luar biasa PNI di
Batavia tanggal 25 April 1931 diambil keputusan untuk membubarkan PNI.
Pembubaran tersebut menimbulkan pertentangan di kalangan pendukung PNI. Sartono
dan pendukungnya membentuk Partai Indonesia (Partindo) pada tanggal 30 April
1931.
Asas dan tujuan serta garis-garis
perjuangan PNI masih diteruskan oleh Partindo. Selanjutnya dilakukan upaya
menghimpun kembali anggota-anggota PNI yang tercerai-cerai sehingga pada tahun
1931 berhasih dibentuk 12 cabang. Kemudian berkembang menjadi 24 cabang dengan
anggota sebanyak 7.000 orang.
Penangkapan kembali Ir. Soekarno pada
tanggal 1 Agustus 1933 melemahkan Partindo. Bung Karno diasingkan ke Ende,
Flores, pada tahun 1934. karena alasan kesehatan, Bung Karno kemudihan
dipindahkan ke Bengkulu pada tahun 1938 dan pada tahun 1942 dipindahkan
kepadang karena adanya serbuan Jepang ke Indonesia. Tanpa Ir. Soekarno,
Partindo mengalami kemunduran. Partindo keluar dari PPPKI agar PPPKI tidak
terhalang geraknya karena adanya larangan untuk mengadakan rapat. Dalam
menghadapi keadaan yang sulit itu, untuk kedua kalinya Sartono
membubarkan Partindo juga tanpa dukungan penuh dari anggotanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar